

Terkini.id, Jeneponto – Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Komisariat Jeneponto menggelar pelatihan advanced Cardiovaskuler life support (ACLS).
Pelatihan itu berlangsung di aula kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto, Jumat, 28 Februari hingga 1 Maret 2020.
Dalam pelatihan tersebut, Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) melibatkan sejumlah dokter dan perawat sebagai peserta dengan narasumber, Dr. dr. Muzakkir, SpJP, dr. Almudai, SpPD, SpJP, dr. Muhammad Zulkifli Amirullah AS., SpJP dan dr. Jamiluddin, SpAn, Mkes.
Ketua Panitia Pelaksana, dr. Ika Novi Astuti,S mengatakan, Tujuan pelatihan yersey adalah untuk mengaplikasikan visi misi pemerintah daerah Kabupaten Jeneponto dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berdaya saing, maju dan berkelanjutan.
"Kegiatan ini juga sebagai bentuk pengaplikasian salah satu program kerja badan pelaksana organisasi persatuan dokter umum Indonesia cabang Jeneponto dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan medis sebagai sarana aktualisasi PDUI dalam memberikan bantuan pertolongan pertama kepada masyarakat," kata dr. Ika Novi Astuti, kepada terkini.id, Jumat, 28 Februari 2020.
Editor Pick
Dia pun mengharapkan, dengan suatu kegiatan ACLS yang dikelola secara optimal dan mengemas misi pendidikan yang terorganisir, maka peningkatan sumber daya manusia menjadi lebih baik, khususnya di wilayah Kabupaten Jeneponto.
"Kita tentu harus mengupdate ilmu pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan, skill dan menambah pengalaman guna mampu bersaing untuk memajukan Jeneponto, dalam upaya mengatasi hal tersebut tanpa harus berpangku tangan, maka kami merasa terpanggil untuk melaksanakan kegiatan pelatihan Advanced Cardiovaskuler Life Support di Jeneponto," bebernya.
Sementara itu, dr. Almudai, SpPD, SpJP mengatakan, pertolongan pertama pada kasus henti jantung harus dilakukan karena Henti jantung terjadi secara mendadak.
"Jadi pertolongan pada menit-menit pertama diperlukan untuk memastikan oksigen masuk ke otak, kalau tidak, maka dapat terjadi kerusakan otak atau pasien tidak dapat tertolong," jelas dr. Almudai.
Menurut dr. Almudai, pertolongan pertama yang bisa dilakukan saat menghadapi orang yang mengalami henti jantung mendadak adalah dengan melakukan CPR atau resusitasi jantung paru. CPR dilakukan dengan memberikan penekanan di bagian dada sebanyak 30 kali.
"Salah satu tanda seseorang mengalami henti jantung mendadak, jika tiba-tiba tak sadarkan diri secara mendadak, pertolongan pertama harus segera diberikan mengingat periode emas yang hanya sekitar tujuh menit," ujarnya.
"Hal itu sehingga bila menunggu ambulans atau membawa ke rumah sakit, pasien rawan tak tertolong, Sehingga pengetahuan tentang pertolongan pertama CPR harus dikuasai oleh masyarakat sehingga harapan hidup orang terdekatnya yang mengalami henti jantung mendadak bisa lebih besar," tutupnya.
Sumber : Terkini.id
LiputanMakassar.com Kami Mengumpulkan serta Menyajikan berita dari sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.