Pematangsiantar - Seisi rumah di bantaran sungai Tanjung Tongah, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, hancur tak bersisa dibawa derasnya arus sungai.
Kini hanya pondasi dan lantai rumah milik Leli Tampubolon yang tersisa usai banjir yang menghantam permukiman warga pada Sabtu, 12 Juli 2020 malam.
Begitu pun Leli masih bersyukur dirinya dan tiga orang anaknya selamat dar peristiwa nahas itu. "Saya uda teriak tapi tidak ada yang mendengar. Untung tetangga saya melihat arus sungai sudah menerjang rumah kami," tutur Leli mengisahkan kejadian itu kepada Tagar pada Selasa, 14 Juli 2020.
Banjir berlangsung jelang isya bersamaan dengan listrik yang sedang padam. Malam itu Leli sedang tak bersama suaminya, Poiman karena bekerja di luar kota.
Leli sudah gelisah malam itu. Beberapa kali dia ke luar rumah memastikan arus sungai yang tak terpaut jauh dari dinding belakang rumanya.
Bersama ke tiga anaknya, Leli sudah bergegas memberesi perabotan. Sejumlah barang berharga diletakkan di asbes rumah. Tak berselang lama, luapan air sungai mulai membanjiri lantai dan menggenangi seisi rumah.
"Saat itu listrik mati. Aku cek ke luar air mulai naik. Jadi kami bergegas menyelamatkan barang-barang. Tapi tiba-tiba air samakin tinggi hingga satu meter di dalam rumah. Memang begitu cepat," ungkapnya.
Leli yang panik kemudian ke luar rumah untuk menyelamatkan tiga buah hatinya. Namun, di luar rumah debit air semakin deras hingga mencapai satu setengah meter.
Beruntung tetangganya segera memberikan pertolongan menggunakan tali tambang yang dikaitkan di antara pepohonan di sana.
"Tiga puluh menit kami dievakuasi warga, rumah kami hanyut. Ya, kami hanya bisa melihat dan pasrah. Tinggal bajulah yang tersisa, itu pun yang menyangkut di pepohonan. Tak ada lagi, semua hilang dibawa banjir," kata wanita 36 tahun itu.
Kepada wali kota agar kembali membangun rumah kami yang hilang diterjang banjir
Kejadian serupa di tempat itu pernah terjadi lima tahun lalu, di mana tiga rumah hanyut termasuk kediaman Leli juga.
Poiman, suami Leli, seorang buruh bangunan, kaget mendengar kabar banjir hebat mengancam keluarganya. Saat kejadian Poiman sedang bekerja di Kota Medan. Dia bergegas pulang malam itu juga.
"Saat itu sedang di Medan kerja. Dengar kabar itu sangat terkejut makanya langsung buru-buru pulang. Setelah sampai, rumah sudah hilang. Tapi beruntung istri dan anak saya bisa selamat," katanya.
Dia berharap pemerintah memberi bantuan kepada warga yang terdampak banjir. "Kami berharap agar pemerintah membantu kami. Dan kepada wali kota agar kembali membangun rumah kami yang hilang diterjang banjir," katanya.
Kisah banjir bukan hanya dirasakan Leli seorang ketika itu. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pematangsiantar, terdapat 52 rumah rusak akibat banjir di Tanjung Tongah.
BPBD sebelumnya ternyata telah memetakan dua kawasan di Kota Pematangsiantar rawan pergerakan tanah pada periode Mei hingga September 2020, yakni Kecamatan Siantar Sitalasari dan Siantar Martoba.
"Perkiraan ada pergerakan tanah itu semula pada Mei hingga Juli dari sumber BMKG. Kami sudah sampaikan pada pihak kecamatan masing-masing untuk diteruskan ke kelurahan agar diingatkan kepada warga," ujar Kepala Pelaksana Harian BPBD Kota Pematangsiantar Daniel Siregar, Senin, 13 Juli 2020.
Akibat hujan lebat yang melanda Kota Pematangsiantar dan sekitarnya pada Sabtu malam lalu juga merendam 19 rumah warga di Kelurahan Tanjung Pinggir serta perumahan warga di Kelurahan Sibatu-batu dan Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Siantar Sitalasari.
Satu warga juga meninggal dunia saat menerjang banjir di Tanjung Pinggir dan sekitar 400 orang dari dua kelurahan terdampak banjir kini membutuhkan bantuan.[]
Berita terkait
Sumber : Tagar.id
LiputanMakassar.com Kami Mengumpulkan serta Menyajikan berita dari sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.