Jakarta, CNN Indonesia --
Perusahaan-perusahaan global semakin dekat dengan jurang kebangkrutan akibat tekanan ekonomi di tengah pandemi virus corona atau covid-19. Hal ini terbukti dari masuknya satu per satu perusahaan dalam antrean pengajuan pailit.
Antrean pailit diisi oleh perusahaan dari berbagai sektor. Mulai dari restoran, ritel pakaian dan perlengkapan rumah, produsen minyak, hingga maskapai. Siapa saja mereka? Berikut di antaranya.
Pertama, restoran waralaba Pizza Hut yang dipegang NPC International. NPC selaku pemegang waralaba 1.200 gerai Pizza Hut dan sekitar 400 restoran cepat saji Wendy's di AS mengajukan pailit karena terlilit utang US$1 miliar.
Semua terjadi karena pandemi corona membatasi aktivitas bisnis restoran. Padahal, biaya operasional, biaya tenaga kerja, dan bahan makanan meningkat.
"Kami akan mengevaluasi dan mengoptimalkan portofolio restoran kami, sehingga kami ada di posisi terbaik untuk memenuhi kebutuhan konsumen," ujar CEO NPC Divisi Pizza Hut Jon Weber seperti dikutip dari CNN.com, Selasa (14/7).
Kedua, Muji, perusahaan ritel asal Jepang. Perusahaan dekorasi rumah tangga, alat tulis, hingga pakaian itu mengajukan kebangkrutan karena terbeban utang sebesar US$50 juta hingga US$100 juta.
"Muji telah merasakan efek dahsyat pandemi virus corona pada ritel yang berada di dalam gerai. Di AS, perusahaan akan fokus pada pasar regional dan e-commerce," ucap CEO Muji Satoshi Okazaki.
Dengan keputusan beralih ke online, Muji akan menutup sejumlah gerai. Namun, perusahaan berkomitmen tetap melayani pelanggan dengan menyediakan produk berkualitas.
Ketiga, Brooks Brothers, ritel pakaian pria asal AS. Perusahaan yang sudah berusia 200 tahun dan 'mendandani' 40 presiden AS serta menjadi brand favorit bagi para bankir Wall Street mengajukan pailit dan memecat hampir 700 pekerja di tiga negara bagian pada Juni 2020.
Bahkan, perusahaan juga tengah menutup sekitar 50 dari total 250 toko di AS, meski telah mendapat pinjaman sekitar US$75 juta untuk tambahan biaya operasional.
Keempat, J.Crew, perusahaan rital asal AS. Perusahaan yang sudah berdiri sekitar 73 tahun itu mengajukan pailit karena pandemi corona membuat operasional toko-toko mereka terhenti, namun belum diketahui berapa nilai tanggungan utang perusahaan.
Kelima, perusahaan minyak asal AS, Diamond Offshore. Perusahaan dengan lebih dari 2.500 pekerja mengajukan pailit karena utang sekitar US$2 miliar.
Perusahaan tercatat merugi US$357 juta pada 2019 dengan akumulasi mencapai US$1,2 miliar dalam lima tahun terakhir. Sementara arus kas tersisa US$156 juta.
Bisnis perusahaan sebenarnya memang sudah turun dalam empat sampai lima tahun terakhir, namun semakin parah karena pandemi corona dan harga minyak mentah yang sempat anjlok.
Keenam, Latam Airlines Group, maskapai terbesar asal Amerika Latin. Kinerja perusahaan penerbangan yang sebelumnya mampu melayani 1.400 penerbangan dalam sehari ke 145 destinasi di 26 negara itu menurun sejak pandemi corona.
"Mengingat dampak krisis covid-19 terhadap industri penerbangan, Latam terpaksa membuat serangkaian keputusan yang sangat sulit dalam beberapa bulan terakhir," kata CEO Latam Airlines Group Roberto Alvo.
(uli/bir)Sumber : CNNindonesia.com
LiputanMakassar.com Kami Mengumpulkan serta Menyajikan berita dari sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.